MARGIN OF ERROR &
SAMPLING METHODS
Oleh
: Imam Mukhlis Affandi
“Survey SMRC : Jokowi Capres
tak banyak naikkan elektabilitas PDIP; SMRC melakukan survey di 33 Provinsi
dari tanggal 26 Maret – 29 Maret 2014. Survey dilakukan dengan teknik wawancara
kepada 2.050 responden. Survey ini menggunakan margin of error sebesar 2,2%
dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%” (www.liputan6.com/tag/survei)
“Survey Charta Politika :
Demokrat urutan 4 Pileg 2014; Charta Politika Indonesia melakukan survey opini
publik ini secara nasional pada tanggal 1-8 Maret 2014 melalui wawancara tatap
muka. Populasi survey adalah WNI berusia 17 tahun keatas dengan jumlah sampel
sebanyak 1.200 responden. Margin of error survey ini adalah 2,83% pada tingkat
kepercayaan 95%” (www.liputan6.com/tag/survei).
“Roy Morgan Research :
Apapun isunya, Jokowi tak terguncangkan; Survey dilaksanakan selama 1 bulan
pada Januari 2014 di 33 Provinsi. Sampel diambil dari 3.000 responden dengan
menggunakan teknik random sampling. Dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95% dan margin of error sebesar 1,8%” (www.liputan6.com/tag/survei).
Tahun
2014 ini merupakan tahun politik bagi bangsa Indonesia. Pada tahun ini terdapat
dua event besar yang sangat menentukan masa depan bangsa ini yaitu pemilihan
anggota legislatif pada bulan april dan pemilihan presiden pada bulan oktober.
Akhir-akhir ini berbagai lembaga survey bak sedang berlomba merilis hasil
risetnya jelang dua event besar tersebut. Hampir setiap hari ada saja lembaga
survey yang melakukan publikasi yang hasilnya pun berbeda-beda sebagaimana
contoh hasil survey diatas. Hal ini tak jarang membuat calon pemilih menjadi
galau atau bahkan kadang menimbulkan perbedaan pendapat yang cukup tajam. Dalam
menyikapi hasil suatu survey kita harus dapat bersikap cerdas dan dapat memilah
mana survey yang benar dan mana survey yang abal-abal serta cenderung tendensius.
Dari tiga contoh survey diatas, terdapat beberapa hal yang selalu diungkap ke
publik untuk menegaskan validitas hasil survey yaitu margin of error, jumlah sampel responden (sampling size) dan bagaimana metode untuk mendapatkan sampel (sampling methods). Tulisan ini akan
mencoba memberikan gambaran secara sederhana mengenai komponen-komponen survey
tersebut.
Survey adalah suatu metode sistematis dalam
pengumpulan data statistik dengan menggunakan sampel. Sampel dapat dikatakan cuplikan atau perwakilan dari populasi
dimana kita akan mendapatkan informasi. Ada beberapa alasan mengapa kita perlu
mengambil sampel yaitu : (i) keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, (ii) lebih
cepat dan lebih mudah, (iii) memberi informasi yang lebih banyak dan dalam,
serta (iv) dapat ditangani lebih teliti. Bahkan kadang dalam beberapa kondisi,
pengambilan sampel merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih karena tidak
mungkin untuk mempelajari seluruh populasi, misalnya untuk meneliti air sungai,
mencicipi rasa makanan didapur, serta mencicipi
duku yang hendak dibeli. Sementara itu, populasi
adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi bisa berupa orang,
benda, obyek, peristiwa, ataupun yang menjadi obyek dari survey kita. Dalam
survey opini publik, sangat penting mengetahui secara jelas terlebih dahulu
siapa populasi kita. Kesalahan menentukan populasi, akan berdampak pada
kesalahan pada sampel yang dihasilkan. Sebagus apapun teknik penarikan sampel
yang kita pakai, hasilnya akan bias kalau sejak awal kita salah dalam
menentukan populasi.
Sampling
Error dan Non Sampling Error
Dalam
survey opini publik yang melibatkan sejumlah sampel, terdapat 2 kesalahan (error) yang mungkin terjadi, yaitu :
(1) Kesalahan yang muncul dari pengambilan
sampel (sampling error).
Kesalahan yang muncul akibat pengambilan sampel tidak
bisa dihindari dalam setiap pengukuran pendapat publik atau jajak pendapat.
Oleh karena itu peneliti harus menetapkan sampling
error tertentu yang muncul dari kesalahan dalam pengambilan sampel.
Penentuan sampling error lazim
dikenal dengan margin of error.
Penetapan margin of error akan
berimplikasi pada jumlah sampel yang diambil dalam mewakili populasi pemilih di
sebuah Kabupaten/Kota atau Propinsi.
(2) Kesalahan yang muncul dari kegiatan diluar
pengambilan sampel (non sampling error).
Kegiatan diluar pengambilan sampel contohnya adalah
kegiatan wawancara, kemampuan pewawancara maupun kegiatan-kegiatan lain yang
menyebabkan survey menjadi tidak objektif. Disini integritas dan kredibilitas lembaga
survey sangatlah berperan. Kesalahan non
sampling error ini apabila terjadi dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan hasil survey yang diperoleh menjadi tidak akurat meskipun mempunyai
margin of error yang kecil. Kesalahan non
sampling error banyak disebabkan oleh human
error dalam hal ini adalah pewawancara sebagai ujung tombak survey serta
lemahnya integritas dan kredibilitas dari lembaga survey.
Margin
of Error
Margin of error merepresentasikan jumlah kesalahan
dalam pengambilan sampel pada suatu survey. Margin
of error mengukur seberapa mewakili data yang didapat dari sampel dengan
data yang ada pada populasi sesungguhnya. Makin besar margin of error, makin jauh suatu sampel dapat dikatakan mewakili
populasi sesungguhnya. Makin kecil margin
of error, makin dapat dikatakan data pada sampel telah mewakili data
populasi sesungguhnya. Margin of error
muncul karena dalam prakteknya sampel tidak selalu dapat menjelaskan populasi
dengan sempurna. Seberapa baik suatu sampel mewakili populasi dapat dilihat dari
dua hal, yaitu margin of error dan tingkat
kepercayaan. Dari kedua aspek tersebut dapat diketahui bagaimana kita
memilih sampel yang bagus yang benar-benar mewakili populasi.
Secara
umum, perhitungan untuk menentukan margin of error adalah sebagaimana rumus berikut :
|
Margin
of Error (MoE)=z x s/√n |
dimana : s = simpangan baku (biasanya dianggap 0.5)
z =
nilai z untuk tingkat kepercayaan tertentu yaitu untuk 95% adalah 1,96
dan untuk 99% adalah 2,58.
n = ukuran sampel
contoh : sebagaimana pada survey SMRC diatas, diketahui bahwa
sampel yang akan diambil adalah sebanyak 2050 responden dengan tingkat
kepercayaan 95%, maka margin of errornya adalah 1,96 x (0,5/√2050) = 0,0216 =
2,2%.
Catatan :
· Apabila kita ingin mengetahui berapa jumlah sampel
yang harus diperoleh dengan margin of error yang diinginkan, maka secara
matematis persamaan diatas dapat dibalik.
· Persamaan di atas merupakan margin of error
standar, artinya persamaan tersebut dipakai apabila ukuran populasi sangat besar
sebagaimana survey opini publik akhir-akhir ini tentang pemilu maupun calon
presiden. Apabila melibatkan populasi yang kecil, maka persamaan di atas harus
dikalikan dengan finite population correction (FPC) atau koreksi
populasi terbatas. Sehingga rumus persamaannya menjadi :
Margin
of Error (MoE)=z x s/√n x
(N-n)/(N-1)
dimana
: FPC = (N - n ) / (N - 1)
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
·
Pengukuran
margin of error hanya bisa dilakukan
jika metode pengambilan sampelnya (sampling
methods) menggunakan probability
sampling.
Dari rumus
persamaan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat dua hal yang
mempengaruhi margin of error yaitu
ukuran sampel, dan metode pengambilan sampel.
1) Ukuran
Sampel (Sample Size)
Hubungan
antara ukuran sampel dengan margin of error dapat dijelaskan dengan gambar dan
tabel dibawah ini. Dengan diasumsikan data menggunakan tingkat kepercayan 95%,
menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran sampel yang diambil dari populasi, maka
semakin besar margin of error, sehingga
semakin jauh data sampel dengan data populasi sesungguhnya. Sebaliknya, semakin
besar ukuran sampel yang diambil, semakin kecil margin of error, informasi yang didapat dari data sampel akan
semakin mewakili data yang ada pada populasi.
Sampel
|
Besar sampel
|
Margin of error
|
A
|
2000
|
2%
|
B
|
1000
|
3%
|
C
|
500
|
4%
|
D
|
100
|
10%
|
2) Metode
Pengambilan Sampel (Sampling Methods)
Metode
pengambilan sampel dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu probability sampling dan non
probability sampling. Pemilihan metode apa yang akan digunakan didalam
survey kita tergantung dari tujuan survey itu sendiri, apakah survey akan dipakai
sebagai alat untuk melakukan generalisasi (membuat estimasi dari suatu populasi
pemilih) atau tidak. Sampel dengan tujuan generalisasi haruslah
representative (mewakili populasi). Sementara sampel yang tidak dipakai
dengan tujuan generalisasi tidak memerlukan syarat harus mewakili populasi. Dalam
survey opini publik terutama survey untuk pemilu, pemilihan presiden maupun pemilukada,
sampel harus memenuhi tujuan generalisasi. Oleh karena itu metode
pengambilan contoh yang tepat adalah dengan probability
sampling.
Probability Sampling
Mayoritas
survey opini publik termasuk survey elektabilitas partai maupun calon presiden
mempergunakan menggunakan metode probability
sampling. Hasil dari survey dipakai untuk mengestimasi suara
dari masyarakat (populasi). Supaya sampel bisa dipakai untuk tujuan itu
maka harus memenuhi prinsip probabilitas. Faktor pemilihan atau penunjukan
sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata atas pertimbangan peneliti,
disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias. Sampel diambil berdasarkan
asas keacakan (randomness), artinya setiap elemen atau unsur dalam
populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Dengan cara
random, bias pemilihan dapat diperkecil sehingga mendapatkan sampel yang representatif.
Keuntungan pengambilan sampel menggunakan probability
sampling adalah (i) derajat/selang kepercayaan terhadap sampel dapat
ditentukan, (ii) margin of error
antara ukuran sampel dengan populasi dapat diperkirakan, serta (iii) besar
sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.
Beberapa jenis metode pengambilan
sampel dengan pendekatan probabilitas adalah :
a) Sampel Acak Sederhana (Simple
Random Sampling)
Proses
pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap
anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini proses memilih
sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara random. Biasanya ada
dua cara random yang dapat dilakukan, yaitu dengan mengundinya maupun dengan
menggunakan bilangan “random numbers”.
b) Sampel Acak Sistematis (Systematic
Random Sampling)
Pengambilan
diawali dengan pengurutan data menurut aturan tertentu. Kemudian dilakukan
pemilihan data pertama secara acak, dilanjutkan dengan memilih data lain pada
urutan “k” setelah data pertama. Misalnya, setiap pasien yang ke tiga
yang berobat ke suatu Rumah Sakit, diambil sebagai sampel (pasien No. 3,6,9,15)
dan seterusnya.
c) Sampel Acak Stratifikasi (Stratified
Random Sampling)
Populasi
dibagi strata-strata, (sub populasi) dimana dalam setiap strata kondisinya
homogen, kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata baik secara simple random sampling, maupun secara systematic random sampling. Metode pengambilan sampel ini sangat
berguna bila pengambilan sampel tidak secara khusus berurusan dengan jumlah
populasi, melainkan berurusan dengan perbedaan suatu aspek antara masing-masing
strata. Sebagai contoh, bila kita ingin mengetahui minat masyarakat terhadap
suatu film, maka diambil metode pengambilan sampel berstrata, yaitu dengan
mengambil sampel laki-laki dan perempuan, anak sekolah, mahasiswa, pekerja
kantoran, dan lain-lain dengan jumlah yang sama. Hasil yang didapat bila sampel
hanya terdiri dari anak sekolah seluruhnya tidak akan valid, karena sangat
jarang seorang pekerja kantoran memiliki selera film yang sama dengan seorang
anak SMP.
d) Sampling Acak Klaster (Cluster
Random Sampling)
Pengambilan
sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari
satu kelompok (cluster). Tiap individu di dalam kelompok yang terpilih akan
diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai apabila populasi dapat dibagi dalam
kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap
kelompok (heterogen). Misalnya ingin meneliti gambaran karakteristik (umur,
suku, pendidikan dan pekerjaan) orang tua mahasiswa, maka mahasiswa dibagi
dalam 6 tingkat (I s/d VI). Pilih secara random salah satu tingkat (misal tingkat
II). Maka orang tua semua mahasiswa yang berada pada tingkat II diambil sebagai
sampel.
e) Sampling Acak Bertahap (Multistage
Random Sampling)
Metode
multistage random sampling adalah
metode pengambilan sampel yang banyak dipakai dalam survey opini publik
termasuk dalam survey pemilu maupun calon presiden. Banyak lembaga survey
mempergunakan metode ini dalam pengambilan survey atau riset opini publik dan
survey atau riset pemilukada.
Metode
pengambilan sampel acak bertingkat (Multistage Random Sampling) adalah
pengembangan dari acak klaster. Pada sampel acak klaster, kita pertama
kali tidak melakukan acak atas individu, tetapi kelompok dimana individu
berada. Dari kelompok itu kemudian individu anggota kelompok terpilih
diambil. Pada acak klaster, tahapan dalam penarikan sampel hanya dua,
pertama menarik kelompok dimana individu berada. Kedua, menarik anggota individu
dalam kelompok sebagai sampel. Pada acak bertingkat, kelompok sangat
besar. Karena besar, maka kelompok itu haruslah dipecah lagi ke dalam
beberapa kelompok, baru individu diambil. Oleh karena itu metode ini
disebut sampel acak bertingkat.
Misalnya
: Kita akan melakukan survey pemilukada untuk Kabupaten S, maka
tahapan-tahapan dalam penentuan sampel acak bertingkat adalah sebagai berikut:
·
Membagi
pemilih pada masing-masing Kecamatan di wilayah Kabupaten S. Jumlah
sampel pada masing-masing kecamatan proporsional dengan jumlah pemilih yang ada
pada masing-masing kecamatan.
·
Menetapkan
Primary Sampling Unit (PSU) dalam hal ini kelurahan/desa yang ada di Kabupaten S. Jumlah
PSU atau desa/kelurahan yang diambil pada masing-masing kecamatan tergantung
jumlah sampel yang diambil pada masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten S. Desa atau kelurahan terpilih diambil secara acak dari seluruh desa/kelurahan
dalam kecamatan dimana setiap desa/kelurahan mempunyai kesempatan yang sama
untuk terpilih.
·
Menetapkan
Secondary Sampling Unit (SSU) dalam hal ini Rukun Tetangga (RT) terpilih
pada kelurahan terpilih di wilayah Kabupaten S. Jumlah RT terpilih
berdasarkan jumlah sampel pada masing-masing kelurahan/desa. RT terpilih
harus terambil secara acak dari seluruh RT pada kelurahan terpilih, dimana
setiap RT mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih
·
Menetapkan
Final Sampling Unit (FSU) yaitu rumah tangga terpilih. Metode yang dipakai dalam penentuan rumah
tangga bisa menggunakan teknik acak sederhana (simple random sampling)
atau sampling acak sistematis (systematic random sampling) berdasarkan
data rumah tangga yang diperoleh dari Ketua RT.
·
Menetapkan
responden terpilih pada rumah tangga terpilih dengan menggunakan metode
kishgrid, dimana setiap responden yang memiliki hak pilih pada rumah tangga
terpilih memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih.
·
Membagi
sampel berdasarkan kuota pemilih di Kabupaten S (stratified random sampling)
berdasarkan : gender, usia, strata pendidikan, urban/rural
Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas, maka dari berbagai survey pemilu dan pilpres yang
akhir-akhir ini semakin sering dipublikasikan, kita sudah bisa tahu bahwa
semakin banyak jumlah responden survey tersebut, maka semakin kecil margin of error nya. Semakin kecil margin of error, semakin dapat dikatakan
data pada sampel telah mewakili data populasi sesungguhnya. Namun demikian, margin of error yang kecil juga tidak
menjamin suatu survey akurat atau tidak. Ada faktor-faktor lain yang harus
secara lebih detail dipelajari dari survey tersebut, yaitu :
· Metode
sampling yang digunakan. Margin of error hanya bisa dihitung apabila metode
sampling yang digunakan dalam survey adalah probability
sampling. Probability sampling digunakan mengingat survey opini publik menggunakan
hasil dari survey untuk mengestimasi suara dari masyarakat (populasi). Agar
hasil estimasi tersebut tidak bias, sampel yang dipilih harus memenuhi prinsip
probabilitas yang artinya setiap elemen atau unsur dalam populasi memiliki
peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Oleh karena itu seharusnya
dalam rilis publikasi hasil survey yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survey
juga menjelaskan apa metode sampling yang digunakan beserta bagaimana penerapan
metode tersebut.
- Kesalahan dalam
survey opini publik bukan hanya berasal dari sampling error, namun juga dari non
sampling error. Metode multistage
random sampling yang sering digunakan dalam survey opini publik menuntut
adanya pemahaman pewawancara terhadap materi pertanyaan, prosedur
penetapan sampel maupun kemampuan pewawancara dalam proses wawancara dengan
pemilih (face to face interview). Oleh karena itu, pewawancara yang ada
harus terlebih dahulu dilatih dan
kemudian merekrut supervisor yang berperan melakukan quality control dan validasi terhadap
hasil survey yang dilakukan oleh pewawancara. Selain pewawancara, non sampling error juga sangat
dipengaruhi oleh integritas dan kredibilitas lembaga survey. Lembaga survey
idealnya tidak memiliki interest yang di survey sehingga tidak ada permainan
manipulasi data yang disengaja karena sesungguhnya data itu sakral.